Selasa, 17 November 2015

Pembagian Gulma

DEFINISI GULMA
            Gulma adalaha tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki, tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhannya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenala gulma rerumputan (grasses), teki – tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf).
Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun., contoh gulma rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi.
Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari famili Cyperaceae. Golongan ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus compresus.
Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum. Berdasarkan habitat tumbuhnya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidup didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia spp), gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).

KLASIFIKASI GULMA
Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demikian inilah yang merupakan kelemahan utama dari klasifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.
Cara klasifikasi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :
  1. 1.      Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :
    1. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.
    2. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.
    3. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.
    4. Berdasarkan cara berkembangbiaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :
      1. a.      Simple perennial, yaitu gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu baru.
      2. b.      Creeping perennial, yaitu gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam tanah (rhizoma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan populer yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.
      3. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :
        1. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. , dan lain sebagainya.
        2. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
  • Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum aureum.
  • Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar. Dikelompokkan lagi ke dalam:
    • Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia stratiotes.
    • Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds), dibedakan kedalam :
ü  Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds), contoh Ultricularia gibba.Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica, Ceratophyllum demersum.
ü  Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. , Nymphoides indica.
ü  Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.
  1. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :
    1. Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.
    2. Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.
    3.  Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.
    4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :
      1. a.      Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.
      2. b.      Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.
      3. c.       Pteridophyta, berkembangbiak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.
      4. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :
        1. Golongan rumput (grasses), Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae. Dengan ciri, batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
          Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau grain. Contohnya Imperata cyliindrica / alang-alang, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.
        2. Golongan teki (sedges), Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae. Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula). Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides.
        3. Golongan berdaun lebar (broad leaves), Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas – tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).
        4. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :
          1. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava.
          2. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.
          3. Berdasarkan parasit atau tidaknya, gulma dibedakan dalam :
            1. Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.
            2. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :
1)      Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).
Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.
2)      Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.
3)      Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.
Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.

Jumat, 06 November 2015

Morfologi Cabai Rawit


Morfologi Cabai Rawit

Cabai rawit (capsicum frustescens L.) tergolong dalam famili terung-terungan (solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu/semak, dengan tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 m.
A.    Klasifikasi
Divisi         : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi   : Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas         : Dicotyledoneae (biji berkeping dua/biji belah)
Ordo (bangsa)       : Corolliforea
Famili (suku)         : Solanaceae
Genus (marga)       : Capsium
Spesies                  : Capsium frustescens L.
B.     Deskripsi dan Morfologi
1.      Batang
Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30-45 cm. cabang tanaman beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).
2.      Daun
Daun berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi/berlekuk) ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip dan tangkai tunggal yang melekat pada batang/cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman tampak rimbun.
3.      Bunga
Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk penyerbukan sendiri (self pollinated crop), namun dapat juga terjadi secara silang, dengan keberhasilan sekitar 56%.
4.      Buah
Buah cabai rawit akan terbentuk stelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran panjang antara  2-2,5 cm dan lebar 5 mm. sedangkan cabai rawit yang agak besar memiliki ukuran yang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm.
Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna hijau/putih sedangkan buah yang telah masak  berwarna merah menyala/merah jingga (merah agak kuning) pada waktu masih muda, rasa buah cabai rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.
5.      Biji
Biji cabai rawit berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan biji cabai besar. Biji-biji ini dapat digunakan dalam perbanyakan tanaman (perkembangbiakan).
6.      Akar
Perakaran cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping. Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, porous (mudah menyerap air) dan subur.

MINERAL DALAM TANAH

MINERAL DALAM TANAH

Mineral adalah komponen penting dari tanah dan merupakan faktor yang menentukan sifat tanah. Pemahan sifat dan kelakuan mineral yang terdapat dalam tanah dan perubahannya dari satu bentuk kebentuk lain diperlukan untuk mengerti sifat kimia dan kesuburan tanah.
Batuan adalah sumber asal dari mineral dalam tanah. Mineral dalam tanah adalah sebagian besar hasil perombakan dan pelapukan yang terjadi pada permukaan bumi. Dalam proses pelapukan, batuan akan dihancurkan menjadi butiran-butiran kecil oleh proses kimia maupun fisik.

1. BATUAN
    Bahan mineral yang ada pada lapisan kulit bumi terdiri dari 3 jenis batuan, yaitu batuan beku, sedimen dan metamorfik. Batuan baku terbentuk dari pristiwa pendinginan magma yang terdapat dibawah kulit bumi.
Batuan beku dibagi atas 2 bagian, yaitu batuan beku dalam ( plutonik atau intrusif) dan batuan beku luar atau vulkanik (ekstrusif). Batuan vulkanik terbentuk oleh pendinginan dan pembekuan yang terjadi pada kulit bumi. Batuan plutonik membeku pada kedalaman yang jauh dari permukaan kulit bumi. Pemunculan batuan plutonik dipermukaan kulit bumi terjadi karena pengangkatan atau erosi dari lapisan batuan di atasnya. Batuan granit adalah batuan yang sangat dominan dari jenis batuan intrusif, sedangkan batuan basalt adalah batuan dari jenis batuan ekstrusif.
    Batuan sedimen terbentuk dari akumulasi fragmen batuan hasil proses plapukan kimia, fisik ataupun biologik yang diangkut dan diendapkan oleh air, angin atau es.
     Batuan metamorfik terbentuk sebagai akibat transformasi batuan beku dan sedimen pada tekanan dan suhu yang sangat tinggi.

2. MINERAL
    Mineral adalah kombinasi unsur-unsur anorganik yang terbentuk secasra alamiah sebagai garam atau senyawa lainnya berupa kristal atau amorf. Mineral-mineral dibedakan berdasarkan susunan kimia dan strukturnya. Perubahan komposisi dan struktur dari suatu mineral kepada mineral lain akan diikuti oleh perubahan sifat, sperti warna, kekerasan, dan bentuk kristal dari  garis belahan.
     Mineral silikat adalah mineral yang terbanyak menyusun kulit bumi. Komponen utama mineral silikat adalah Si dan O. Beberapa mineral silikat mengandung Al, yang disebut mineral alumino-silikat, dan mineral yang mengandung Fe dan Mg disebut mineral ferro-magnesia-silikat.
     Variasi yang sangat penting terdapat pada bangunan tetraeder silikon adalah subtitusi oleh Si dan Al. Gejala ini dikenal dengan istilah subtitusi isomorfik. Proses ini menghasilkan ketidakseimbangan  dalam muatan listrik. Ketidak seimbangan itu di netralisasi oleh kation-kation seperti Na, K, Ca, Mg.

    a. Mineral Liat
        Dalam ilmu tanah dikenal 2 golongan besar mineral liat : liat silikat yang meliputi ilit, montmorillonit, vermikulit, dan kaolinit. Yang kedua adalah liat oksida meliputi oksida-oksida besi dan aluminium. Mineral liat tergolong pada mineral skunder, yaitu terbentuk dari hasil pelapukan.

   - Kelompok Kaolin
     Meineral ini termasuk mineral liat silikat yang mempunyai struktur sangat sederhana. Struktuk kaolinit tersusun dari satu lempeng tetraeder SiO4 dan satu lempeng gibsit.

   - Kelompok smektit 
     Mineral smektit adalah mineral liat tipe 2 : 1. Struktur mineral dapat diturunkan dari struktur piropilit. Ikatan antara unit kristal sangat lemah dibandingkan dengan ikatan pada kaolinit.  Tanah yang mengandung liat smektit memperlihatkan sifat membengkak dan mengerut. kation dan molekul air mudah masuk pada rongga antar unit kristal mineral sehingga mineral akan membengkak pada keadaan basah dan mengerut poada saat kehilangan air.

   - Ilit
      Ilit adalah mineral tipe 2 : 1, yaitu struktur ilit tersusun dari 2 lempeng tetraeder SiO4 dan satu lempeng oktaeder. Ilit tergolong mineral mika dan berbeda dari mika yang mempunyai kristal sempurna, karena terjadinya pergantian ion K oleh kation-kation tersebut mineral ilit dapat mengembang. tetapi sifat mengembang ilit masih jauh lebih kecil daripada mineral smektit.

   - Vermikulit
      Mineral ini digolongkan dalam hidro-mika. Ion K yang mengikat unit kristal diganti oleh Ca dan Mg. karena pergantian ini ikatan antar lempeng menjadi rusak dan  mineral vermikulit memperoleh sifat dapat membengkak. Vermikulit mengandung Al, Mg, dan Fe pada lempeng oktaeder. Vermikulit berbeda dari mika karena vermikulit mengandung air dan kation lain pada antar unit kristal.

   - Cholorit
      Cholorit adalah mineral liat silikat skunder yang mempunyai tipe struktur campuran yaitu tipe 2 : 2 atau 2 : 1 : 1. Strukur cholorit terdiri dari alternasi lapisan mika dan lapisan brusi.

   -  Alofan
      Alofan bersifat nin kristalin. Struktur alofan sangat tidak teratur dan mineral ini termasuk kelompok mineral liat skunder. Alofan pada mulanya diduga berasal dari abu vulkan (SiO2), mineral yang sifatnya mirip alofdan adalah mineral imogolit.

   - Seskuioksida 
     Seskuioksida terdiri dari senyawa-senyawa oksida dan hidroksida dari Fe dan Al. Mineral seskuioksida termasuk senyawa yang sangat stabil. Besi oksida berasal dari mineral fero-magnesia dari batuan beku atau bahan metamorfik. pembentukan seskuioksida hanya terjadi pada lingkungan yang rendah kandungan Si. 

SIFAT KEPERIODIKAN UNSUR

SIFAT KEPERIODIKAN UNSUR
Sifat keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur.
1. Jari-Jari Atom
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit elektron terluar.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah jari-jari atom semakin besar.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil.
Penjelasan:
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, kulit atom bertambah (ingat jumlah kulit=nomor periode), sehingga jari-jari atom juga
bertambah besar.
b. Dari kiri ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan jumlah elektron pada kulit bertambah. Hal tersebut
mengakibatkan gaya tarik-menarik antara inti dengan kulit elektron semakin besar sehingga jari-jari atom makin kecil.
Jari-jari Atom Beberapa Unsur

2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari suatu atom netral dalam wujud gas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron kedua disebut energi ionisasi kedua dan seterusnya. Bila tidak ada keterangan khusus maka yang disebut energi ionisasi adalah energi ionisasi pertama.
Dapat disimpulkan keperiodikan energi ionisasi sebagai berikut.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan energi ionisasi cenderung bertambah.
Kecenderungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Dari atas ke bawah dalam satu golongan jari-jari atom bertambah sehingga daya tarik inti terhadap elektron terluar semakin
kecil. Elektron semakin mudah dilepas dan energi yang diperlukan untuk melepaskannya makin kecil.
b. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron semakin besar sehingga elektron semakin sukar
dilepas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron tentunya semakin besar.
Energi Ionisasi Pertama Unsur-unsur dalam Tabel Periodik Unsur (kJ/mol)

Grafik kecenderungan energi ionisasi unsur-unsur
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan satu atom netral dalam wujud gas pada waktu menerima satu elektron sehingga terbentuk ion negatif.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah afinitas elektron semakin
kecil.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan afinitas elektron semakin besar.
Penjelasan:
Apabila ion negatif yang terbentuk stabil, energi dibebaskan dinyatakan dengan tanda negatif (-). Apabila ion negatif yang terbentuk tidak stabil, energi diperlukan/diserap dinyatakan dengan tanda positif (+). Kecenderungan dalam afinitas elektron lebih bervariasi dibandingkan dengan energi ionisasi.
Grafik kecenderungan afinitas elektron 20 unsur pertama dalam Sistem Periodik Unsur
4. Keelektronegatifan
Adalah suatu bilangan yang menyatakan kecenderungan suatu unsur menarik elektron dalam suatu molekul senyawa.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah keelektronegatifan
    semakin berkurang.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan keelektronegatifan semakin bertambah.
Penjelasan:
    Tidak ada sifat tertentu yang dapat diukur untuk menetukan/membandingkan keelektronegatifan unsur-unsur.
Energi ionisasi dan afinitas elektron berkaitan dengan besarnya daya tarik elektron. Semakin besar daya tarik elektron
    semakin besar energi ionisasi, juga semakin besar (semakin negatif) afinitas elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya fluor) yang
    mempunyai energi ionisasi dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai keelektronegatifan yang besar.
    Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk ion negatif. Semakin kecil keelektronegati fan,  unsur cenderung makin sulit membentuk ion negatif, dan cenderung semakin mudah membentuk ion positif
Skala Elektronegativitas Unsur-Unsur dalam Tabel Periodik Unsur
Skala Elektronegativitas Unsur-Unsur dalam Tabel Periodik Unsur

Penyebab Tingginya Harga Bibit Durian

Penyebab Tingginya Harga Bibit Durian

Durian adalah rajanya buah, begitu idiom yang biasa Anda dengar. Idiom ini tidak salah, karena Anda bisa menemukan harga buah durian mencapai ratusan ribu di pasaran, baik pasar tradisional maupun pasar modern.
Tidak hanya harga buahnya saja yang selangit, ternyata harga bibit durian, terutama untuk jenis unggul juga ikut menjulang tinggi.
Bicara mengenai bibit tanaman durian, di antara beragam jenis durian lokalan, ternyata ada beberapa jenis tanaman durian hasil riset tiga negara utama penghasil durian, yakni Indonesia, Malaysia dan Thailand.
Beragam jenis durian dengan kualitas wahid ini kemudian populer menjadi pilihan budidaya. Sementara dewasa ini budidaya durian menjadi daya tarik tersendiri dalam agrobisnis, karena tingginya permintaan durian baik di pasar lokal maupun pasar luar negeri.
Dengan pemetaan habitat yang dominan pada kawasan Asia Tenggara, menyebabkan persaingan dalam perdagangan durian menjadi tidak terlalu ketat. Peluang dalam usaha budidaya durian menjadi cukup besar dan mendorong tingginya minat pelaku usaha untuk masuk dalam usaha budidaya durian. Tidak heran ini juga mendongkrak minat akan bibit durian.
Banyak aneka jenis bibit durian unggul yang dikembangkan di Indonesia ini diantaranya bibit durian montong, bibit durian bawor, bibit durian musang king, bibit durian merah, bibit durian sitokong, bibit durian matahari, bibit durian kaki tiga dsb.
Sayangnya, harga bibit durian di pasaran sangat mahal. Rata-rata harga bibit durian ukuran 1 meter dari jenis durian montong dan durian bawor kualitas ekspor sudah mencapai kisaran Rp 150 ribu – Rp 200 ribu. Bandingkan dengan bibit dari jenis buah lain dalam ukuran serupa yang berada pada kisaran Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
Tingginya harga bibit durian memberi keterbatasan bagi petani dan pelaku usaha agro untuk menanam lebih banyak. Meskipun produktivitas tanaman durian unggulan macam montong dan bawor cukup potensial. Tentu dengan pohon yang terbatas juga akan membatasi penghasilan. Apa yang menyebabkan harga bibit durian demikian tinggi?
Pada kesempatan ini kami akan mencoba mengupas penyebab tingginya harga bibit durian di pasaran. Dengan memahami alasan di balik tingginya harga bibit durian, Anda bisa mendapat gambaran apakah harga bibit durian unggulan ini cukup realistis dibandingkan dengan nilai ekonomis dari bibit tersebut.
Berikut adalah beberapa alasan utama tingginya harga bibit durian unggulan.
  1. Proses pembibitan yang rumit dan memakan biaya
Bibit durian yang kini banyak beredar di pasaran adalah hasil dari kultur jaringan dan rekayasa generatif yang memerlukan beberapa upaya khusus untuk menghasilkan bibit dengan kualitas serupa. Jadi sebuah bibit memerlukan tenaga dan biaya khusus sehingga harga pokok dari bibit relatif tinggi dari bibit lokalan.
  1. Kualitas tanaman dan buah yang tinggi dan terjamin.
Harga bibit durian unggulan yang tinggi berimbang dengan kualitas. Harga bibit durian unggulan yang tinggi beriringan dengan produktivitas yang tinggi dan kualitas buah yang terjamin. Dengan proses pembibitan yang memerlukan perlakukan khusus, tentu berbeda dengan bibit lokalan hasil dari pembibitan standar dan alami.
Buah dari jenis durian unggulan memiliki karakter buah yang lebih besar, tebal, legit, kering dengan biji yang kecil. Sedang pada kualitas lokalan, kadang Anda justru menemukan buah yang benyek, pucat dan berbiji besar dengan rasa hambar.
  1. Daya produktivitas tanaman durian unggulan lebih tinggi.
Soal produktivitas dari bibit durian unggulan, boleh jadi jenis ini adalah pemimpinnya. Dalam satu tahun sebuah pohon durian dari jenis unggulan bisa menghasilkan sekitar 50 buah dengan ukuran bisa mencapai 2 – 6 kg. Bandingkan dengan daya produksi durian lokalan yang hanya sekitar 30 butir perpohon.
  1. Harga buah lebih tinggi.
Pada buah jenis durian unggulan, harga perkilo bisa mencapai Rp 15 ribu di pasar pemasok, hingga Anda bisa mereguk pendapatan sekitar 75 ribu perbuahnya. Harga ini masih pada pasar lokal, sedang bila durian sudah masuk supermarket atau ekspor harga bisa mencapai sekitar 150 ribu perbuahnya, tentu dengan standar kualitas yang lebih baik.
Artinya dengan produktivitas sekitar 50 butir Anda sudah mendapatkan keuntungan sekitar Rp 3 juta – Rp 7,5 juta perpohon. Sedang pada produk durian lokalan, harga tertekan jauh pada kisaran Rp 20 ribu sampai 35 ribu saja. Tentu saja hasil yang Anda peroleh hanya pada kisaran Rp 900 ribuan saja per pohon.
  1. Daya serap pasar lebih baik.
Permintaan akan buah durian di Indonesia cukup tinggi, ini karena buah durian tidak hanya untuk menjadi makanan konsumsi bemalaka tapi juga sebagai bahan baku banyak industri makanan, baik yang bersifat tradisional maupun modern.
Dengan tingginya permintaan durian, tidak heran bila kebutuhan akan suplai durian berkualitas sangat tinggi. Daya serap pasar akan produksi durian sangat optimal, baik itu dari pasar lokal maupun pasar luar negeri. Popularitas durian sudah cukup mampu menyerap konsumen dari manca.
Dapat Anda lihat, meski harga bibit durian memang relatif mahal, tetapi cukup seimbang dengan semua proses dan keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan menanam bibit durian ini. Jadi angka yang tinggi tersebut masih cukup realistis menilik potensinya dan dari sisi ekonominya. Apakah Anda sependapat? (Baca juga tentang : Pemanfaatan Hutan Mangrove)

Rabu, 04 November 2015

Analisi tekstur tanah

I.    PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Sifat-sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak penggunaan (yang diharapkan dari) tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase dan kapasitas penyimpnan air, plastisitas, kemudahan ditembus akar, aerasi, dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika tanah. Oleh karena itu, erat kaitannya jika seseorang berhadapan dengan tanah dia harus mengetahui seberapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan structural dalam pembangunan jalan raya, bendungan, dan fondasi untuk gedung, atau untuk sistem pembuangan limbah.
            Ukuran partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan atau kekasaran tanah. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara tiga fraksi yaitu pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah penting oleh karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika dan kimia tanah. Tekstur tanah sering mempunyai hubungan dengan aerasi, kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah. Walaupun juga faktor lain dapat mengubah hubungan tersebut. Tekstur tanah juga menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus.
            Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Pada beberapa tanah, krikil, batu dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tektur dan mempengaruhi penggunaan tanah. Perkiraan atau penentuan tekstur tanah diperlukan pada saat menyelidiki tanah-tanah di lapang. Dalam menentukan tekstur tanah dapat digunakan beberapa metode. Metode yang digunakan di lapangan untuk menentukan tekstur tanah yaitu metode feeling, selain itu juga terdapat metode hydrometer. Untuk melakukan metode ini maka dilakukan analisa tekstur di laboratorium. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum mengenai tektur tanah untuk perbandingan relative antara fraksi pasir, debu dan liat.

1.2.      Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah untuk mengetahui perbandingan fraksi pasir,fraksi liat dan fraksi debu yang terdapat pada tanah alfisol serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah untuk pengolahan tanah lebih lanjut dan penentuan varietas tanaman apa saja yang dapat ditanam pada daerah (tanah) tersebut.
II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tekstur tanah
Tekstur tanah adalah susunan berat nisbi fraksi pasir, debu, dan liat. Tanah berpasir adalah tanah-tanah yang tersusun tak kurang dari 70% berat pasir dan dimasukkan ke dalam tanan yang bertekstur kasar. Tanah berlempung adalah tanah bertekstur agak kasar, sedang dan agak halus mencakup kelas-kelas tekstur yang sangat luas. Tanah berliat adalah tanah yang mengandung sekurang-kurangnya 35% berat liat dan dalam beberapa kelas mengandung tidak boleh kurang dari 40% berat liat. Tanah yang tidak mengandung tidak kurang dari 40% berat liat menunjukkan sifat-sifat yang nyata. Tanah liat digolongkan tanah yang bertekstur halus (Pairunan,dkk 1992).
            Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). Keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Abdullah, 1987).
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi dimana tanah dengan tekstur kasar seperti pasir adalah tahan terhadap erosi, kerena butir-butir yang besar (kasar) tersebut memerlukan lebih banyak tenaga untuk mengangkut. Tekstur halus seperti liat, tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya sukar dihancurkan. Tekstur tanah yang paling pekater hadap erosi adalah debu yang pasir sangat halus. Oleh Karena itu makin tinggi kandungan debu dalam tanah, maka tanah menjadi peka terhadap erosi (Anonim, 2011). Tekstur tanah dibagi menjadi 3 golongan yaitu pasir, debu dan liat. Pasir merupakan partikel terbesar dengan ukuran 2-0,063 m, debu 0,063-0,0002 dan liat < 0,002 m (Foth, 1991).
2.2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah komposisi mineral dan batuan atau bahan induk, sifat dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal, serta umur relatif tanah. Peran tekstur tanah mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, hasil penelitian pengaruh tekstur tanah terhadap produksi jagung & kentang. Keadaannya tumbuh ideal pada tanah bertekstur tanah pasir apabila disertai irigasi. Tanah bertekstur halus terdiri dari sebagian besar debu dan lempung, sifat liat dan lekatnya sanagat menentukan tanah sukar diolah atau tanah berat (Foth,1995).
III. BAHAN DAN METODE
3.1.Waktu dan Tempat
Praktikum tekstur tanah dilaksanakan pada hari Selasa, 3 April 2012 pada pukul 16.00 WITA - Selesai, di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2.    Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada pratikum tekstur tanah ini yaitu hidrometer, timbangan, mesin pengocok, silinder sedimentasi, saringan, corong, sprayer, cawan, tissue, botol tekstur, serta termometer.
Adapun bahan yang digunakan pada pratikum tekstur tanah ini yaitu sampel tanah lapisan 1 dan 2, aquades, larutan calgon, kantung plastik gula, karet gelang, serta kertas label.
3.3.      Prosedur Kerja
Urutan kerja yang telah dilakukan pada praktikum adalah :
1.    Timbang 20 gr tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran dari 2 mm.
2.    Masukkan kedalam botol tekstur dan tambahkan 10 ml calgon 0,05% dan air secukupnya.
3.    Kemudian kocok dengan mixer sekitar 4 menit.
4.    Tuangkan secara kualitatif semua isisnya kedalam silinder sedimentasi 1000 ml yang di atasnya dipasangi saringan dengan dameter lubang 0,05 mm dan dibersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
5.    Semprot dengan spreyer sambil mengaduk semua suspensi yang masih tertinggal pada saringan hingga semua partikel debu dan liat turun ke silinder sedimentasi (air saringan telah jernih).
6.    Pasir yang tertinggal dipindahkan kedalam cawan kemudian masukan ke dalam oven bersuhu 1050 selama 2x24 jam, kemudian timbang pasir tersebut (catat sebagai nilai C gram).
7.    Cukupkan larutan suspensi dalam silinder sedmentasi dengan air destilasi hingga 1000 ml
8.    Angkat selinder sedimentasi, sumbat dengan plastik dan ikat dengan karet lalu kocok dengan membolak-balik tegak lurus 1800 sebanyak 10 kali
9.    Setelah 15 detik, masukkan hydrometer kedalam suspensi dengan hati-hati suspensi tidak banyak terganggu.
10    Setelah 40 detik, baca dan catat pembacaan hydrometer pertama (H1) dan suhu suspensi (t1)
11    Dengan hati-hati keluarkan hydrometer dari suspensi
12    Simpan selama ± 8 jam, kemudian masukkan hydrometer dan catat pembacaan
Hydrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2)
13 Menghitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
      Berat debu dan liat           =  - 0,5 ……………… (a)
Berat liat                           = ........……………… (b)
Berat debu                        =  Berat (debu = liat) – berat liat ………(a + b)
14. Menghitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan :
% Pasir                              = x 100 %
% Debu                             = x 100 %
% Liat                               = x 100 %
16.    Masukkan nilai yang di dapat dalam segitiga tekstur.
Keterangan:
1          = Pasir                                                 7          = Lempung liat berpasir
2          = Pasir berlempung                             8          = Lempung berliat
3          = Lempung berpasir                            9          = Lempung liat berdebu
4          = Lempung                                          10        = Liat berpasir
5          = Lempung berdebu                            11        = Liat berdebu
6          = Debu                                                            12        = Liat
IV.    HASIL  DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Lapisan
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)
Tekstur
I
92,45
1,01
6,58
 liat
II
92,45
1,54
6,01
Liat
4.2. Pembahasan
Pada lapisan I persentase pasir 92,45%, debu 1,01%, serta liat 6,58% pada lapisan I ini bertekstur liat karena itu berteksturnya halus dan mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1997), bahwa liat dapat menyimpan air lebih banyak daripada pasir karena liat memiliki permukaan yang halus yang dapat diseliputi air. Bahan organik dapat membantu mengatasi masalah kelebihan air. Tanah berliat seperti halnya bahan organic membantu masalah air pada tanah berpasir.
            Pada lapisan II juga  memiliki tekstur tanah liat. Hal ini disebabkan karena pada lapisan II merupakan tekstur yang agak halus dimana dapat membentuk gulungan jika dipirit namun ketika dibengkokkan maka tidak  akan mudah patah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hardjowigeno (2003) bahwa tekstur liat terasa agak melekat, dan membentuk bola agak teguh, membentuk gulungan jika dipirit, gulungan tidak mudah hancur.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Ø  Lapisan I pada tanah Alfisol memiliki persentase tertinggi adalah pasir, sebesar 92,40 %, kemudian liat  sebesar 6,58 % dan terendah adalah debu 1,01 %.
Ø  Lapisan II pada tanah Alfisol memiliki persentase tertinggi adalah pasir sebesar  92,45 %, kemudian liat sebesar 6,01 % dan terendah adalah debu 1,54 %.
Ø  Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah komposisi mineral dan batuan / bahan induk, sifat dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal, serta umur relatif tanah.
5.2. Saran
Berdasarkan dari pengamatan yang telah dilakukan bahwa tanah yang dipakai pada percobaan ini merupakan tanah yang cukup subur, maka sebaiknya ditanami dengan tanaman yang berproduksi tinggi dengan perawatan yang baik.
 
LAMPIRAN
Lapisan
H1
H2
T1
T2
C
I
3,8
4
28
25
32
II
6
4
26
28
42
Lapisan I
Berat debu dan liat = -0.5
                                = -0.5
                                = -0,5 = 2,63………….(a)
Berat liat                 =
                                =  = 2,28…………..(b)
Berat Debu             = Berat debu dan liat – berat liat
                                = 2,63-2,28
                                = 0,35 gr
% pasir                    =  x 100%
                               = x 100% = 92,41%
% debu                   =
                                =
% liat                      =
                                =
Lapisan II
Berat debu dan liat = -0.5
                                = -0.5
                                = -0,5 = 3,43………….(a)
Berat liat                 =
                                =  = 2,73…………..(b)
Berat Debu             = Berat debu dan liat – berat liat
                                = 3,43-2,73
                                = 0,7 gr
% pasir                    =  x 100%
                               = x 100% = 92,45%
% debu                   =
                                =
% liat                      =
                                =